Selamat Datang Di Seputar Merapi Semoga Bisa Menambah Informasi Terima Kasih, Salam Lestari Bara Meru ( B M ) - I Love Merapi - I Love Merapi - I Love Merapi

Elang Jawa Mulai Turun dari Merapi

Elang Jawa Mulai Turun dari Merapi 

Selasa, 28 September 2010 | 15:20 WIB



TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Burung Elang Jawa dilaporkan mulai turun dari gunung Merapi, Selasa (28/9). Turunnya burung langka ini diduga berkait dengan aktivitas gunung Merapi yang mulai meningkat belakangan ini.

Satu ekor burung Elang Jawa itu terlihat berputar-putar di atas dusun Tangkisan, Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman sejak pukul 13.30 WIB. Dusun Tangkisan berada sekitar delapan kilometer dari puncak Merapi.

“Biasanya tidak pernah terlihat ada Elang yang berputar-putar seperti itu. Ketika Merapi meletus tahun 2006, juga didahului dengan munculnya burung elang yang berputar-putar,” kata Sukamto, 47 tahun.

Menurut Sukamto, selain fenomena munculnya burung Elang, warga juga mulai merasakan udara yang lebih panas dari biasanya. “Sudah dua hari ini udara di sini terasa lebih panas dari biasanya,” katanya.

Dihubungi terpisah, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo, mengakui bahwa aktivitas kegempaan gunung Merapi masih di atas normal. 

Gempa multiphase rata-rata per hari mencapai 40 kali, sementara normalnya 11 kali. Status aktivitas gunung Merapi dinaikkan dari Aktif Normal menjadi Waspada sejak 20 Septermber 2010 lalu.

Meski aktivitas kegempaan masih di atas normal dan sesekali terdengar suara guguran lava, namun hingga saat ini belum terlihat ada titik api di puncak Merapi. “Itu berarti belum ada aktivitas yang mencapai puncak Merapi,” jelasnya.

Mengenai munculnya burung Elang di kaki Merapi, Subandriyo menyebut sebagai fenomena alam yang biasa. “Masyarakat di sekitar Merapi biasanya menggunakan ilmu titen (empiris, red). Lebih baik diambil sisi positifnya saja. Kemunculan burung Elang itu bisa saja dianggap sebagai bagian dari kewaspadaan masyarakat,” katanya.

Menurut Subandriyo, perilaku satwa kadang bisa menjadi petunjuk tentang fenomena alam. Namun, katanya, penyebab munculnya satwa itu bisa juga tidak tunggal. 

“Bisa saja ada kaitan dengan peningkatan aktivitas Merapi, namun bisa juga disebabkan oleh perubahan cuaca yang ekstrem belakangan ini,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!