Selamat Datang Di Seputar Merapi Semoga Bisa Menambah Informasi Terima Kasih, Salam Lestari Bara Meru ( B M ) - I Love Merapi - I Love Merapi - I Love Merapi

Mereda Sehari, Merapi Bergolak Lagi


BOYOLALI - Setelah sempat mereda dua hari terakhir, kemarin (10/11) Gunung Merapi kembali bergolak. Semburan awan panas terlihat jelas secara visual dengan ketinggian mencapai 800 meter dan kolong asap mencapai 1,5 kilometer kemarin. Kondisi itu, mengakibatkan hujan abu vulkanik lebat di beberapa daerah di wilayah barat Merapi.
           
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PV-MBG) Surono menjelaskan, hujan abu vulkanik lebat itu di Sawangan, Talun, Muntilan, dan Krinjing, Kabupaten Magelang. Lantaran terjadi hujan abu lebat, mengakibatkan jarak pandang hanya sekitar lima meter. "Suara gemuruh masih terdengar dari pos pengamatan darurat," katanya.
           
Dia menjelaskan, endapan awan panas ini terlihat jelas di Kali Gendol dengan jarak luncur sekitar 3,5 kilometer dari puncak Merapi. Lantaran terus menerus terkena endapan awan panas, Kali Gendol sudah tidak membentuk sungai. "Kali Gendol sudah tertutup endapan awan panas," jelas Surono.
      
Selain menutup Kali Gendol, endapan material vulkanik dari awan panas itu juga mengendap di Kali Boyong. Dusun Kandangan, Desa Purwobinangung, Sleman, yang berada persis di sebelah sungai ini, ikut terendap awan panas. Jarak antara Desa Purwobinangung dengan puncak Merapi sekitar 16 kilometer. "Lahar juga dijumpai di alur Kali Batang  yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari puncak," jelasnya.

Dengan masih tingginya aktivitas Merapi, maka status awas level empat masih berlaku. Sebab, ancaman awan panas dan lahar masih bisa terjadi di sungai yang berhulu puncak Merapi. "Pengungsi diminta masih menetap di luar radius 20 kilometer dari puncak," pinta Surono.
      
Kembali naiknya aktivitas vulkanik Merapi ini juga menyebabkan ribuan kawanan kera  yang bermukin di lereng eksodus ke Gunung Merbabu. Kera-kera ini berpindah habibat lantaran kehabisan makanan dan suhu di lereng Merapi masih cukup panas. Kera tersebut mulai terlihat berkeliaran di sepanjang jalan Selo-Magelang, kemarin (10/11), yang menjadi perbatasan antara Merapi-Merbabu.

Pantauan Radar Solon (grup JPNN), kera tersebut mencari makan di kanan dan kiri jalan Selo-Magelang. Bila tidak hati-hati saat berjalan, bisa menabrak. Sebab, para kera ini sudah mulai menyeberang jalan ke lereng Merapi. "Kera ini terlihat jelas di jalan. Karena kondisi jalan tertutup abu vulkanik, sedangkan kera kecokelatan," kata Slamet Sutanto, 40, perangkat Desa Jrakah, Kecamatan Selo.

Tanaman sayur dan buah-buahan di kanan kiri jalan sudah ludes. Di samping terkena abu vulkanik, kondisi itu juga lantaran sudah dirusak kera-kera tersebut. Siang kemarin, kera itu tampak istirahat di atas gubuk tengah ladang dan bergelantungan di pohon-pohon yang sudah nyaris roboh terkena abu vulkanik.

Fenomena kera eksodus  ini juga dibenarka Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTN-GM) Dulhadi. Ketika dihubungi via ponsel tadi malam, dia mengatakan, kera-kera tersebut eksodus lantaran kehabisan stok makanan. "Bisa juga karena suhu di lereng Merapi masih panas," katanya.
           
Menyikapi fenomena itu, pihaknya segera berkoordinasi. Salah satu cara mengatasi kera eksodus ini, pihaknya menggiring ke tempat habitatnya semula. Untuk sementara ini, kera ini menyerbu Merbabu tidak menjadi masalah. "Mungkin stok makan di Merbabu masih mencukupi bagi kera Merapi ini," jelas dia.
           
Menurutnya, habibat kera Merapi dan Merbabu berbeda. Sebab, setiap kera memiliki kelompok. Bila kera Merapi menyerbu Merbabu, bisa terjadi antara kelompok satu dengan lainnya berkelahi. Lantas kelompok kera yang menang, menjadi penguasa di dunianya.

Namun, kera Merapi ini dengan sendirinya juga kembali ke habibatnya. Yakni bila kondisi Merapi sudah pulih dan suhu udara sudah sejuk kembali. "Jika suhu Merapi masih tetap panas, kemungkinan kera bisa menetap di Merbabu. Ini bisa terjadi karena populasi kera di Merbabu tidak sebanyak dengan yang ada di Merapi," jelas Dulhadi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!