Senin, 15/11/2010 13:49 WIB
ogyakarta - Status zona bahaya Merapi telah dipersempit, kecuali untuk Kabupaten Sleman. Kepala Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Surono menilai bahwa letak Sleman memang membuat daerah tersebut rawan bahaya awan panas.
"Untuk Boyolali, Klaten dan Magelang kita kurangi. Tapi Sleman belum, awan panas itu memang senangnya piknik ke Sleman," ujar Surono kepada wartawan di tengah kesibukannya memantau Merapi gedung BPPTK Yogyakarta, Jl Cendana, Senin (15/11/2010).
Menurut Surono, 'hobi' awan panas meluncur ke Sleman karena letak wilayah ini yang rentan terhadap keluarnya 'wedhus gembel'. Karena pengaruh letak daerah tersebut lebih menentukan daripada sekadar arah mata angin.
"Sekarang umpamanya begini. Anda naik mobil di turunan terus ada angin dari depan. Apa iya laju mobil jadi ke mundur ke belakang?" paparnya.
Selain itu Surono menerangkan bahwa di Sleman lahar dingin telah memenuhi sungai-sunga di lereng Merapi. Hal ini membahayakan jika warga yang bertempat tinggal di sekitaran sungai, nekad untuk kembali.
"Lahar panas itu kan bisa dengan mudah ndleder (menyebar) dan pake nabrak rumah segala, karena sungai saat ini sudah penuh. Sudah tidak bisa untuk menampung," tandasnya.
Sedangkan untuk wilayah Boyolali, Klaten dan Magelang, Surono mengatakan bahwa hasil kajian menyebutkan tiga di wilayah tersebut sudah tidak perlu lagi diberlakukan radius zona bahaya 20 kilometer. Pasalnya jarak luncur awan panas di tiga wilayah itu tak sejauh dengan yang ada di Sleman.
"Tapi ya silakan saja kalo mau bertahan di zona 20 kilo. Tidak ada yang memaksa untuk segera kembali di zona aman yang telah diperluas."
Seperti diberitakan sebelumnya, meski statusnya masih awas, namun status aman bagi warga yang tinggal di lereng merapi diubah. Boyolali 10 km, Magelang 15, Klaten 10 dan Sleman 20 km.
Mau uang tambahan klk ( Di Sini ) by kumpulblogger.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar