
"Beliau sangat sederhana. Karena beliau Ketua Ranting NU desa setempat, saya memberi beliau jaket bertuliskan NU, serta seperangkat alat shalat dan beliau sangat gembira," ujar Sekjen International Conference Islamic Scholars (ICIS) di Jakarta Kamis (28/10), mengenang pertemuan saat itu.
Rumahnya baru diperbaiki setelah beliau menjadi iklan salah satu perusahaan jamu, dan itupun sebagian besart digunakan membangun masjid. Hari Selasa lalu (26/10), sekitar pukul 13,30 WIB Hasyim mengaku menelpon temannya, Fahmi, salah seorang pengurus NU di Yogyakarta, agar menyampaikan keinginan bertemu beliau. "Saya sendiri tidak tau kenapa saya ingin segera ketemu beliau. Lewat Fahmi beliau menjawab sebaiknya saya ke Cangkringan (rumah Mbah Maridja)," ujarnya.
Menurut Hayim dalam testimoninya, Rabu kemarin (27/10), sebelum kesana ada berita bahwa beliau meninggal dalam keadaan sujud. "Saya menjadi ingat pesan beliau tahun 2006 dalam bahasa jawa, 'panjenengan (hasyim) sak konco poro piageng, kedah temen lan sak temene mugi ndonyane tenterem' (Anda dan para pembesar harus benar dan jujur serta bertindak sebenarnya jujur agar alam tenteram).
"Mbah Maridjan telah menyerahkan diri kepada Allah dalam keadaan sujud, seakan memberitau kita bahwa hanya sujud kepada Allah yang bisa dan harus kita siapkan menghadapi segalanya, karena tak mungkin melalui rekayasa kita," imbuh dia.
Pengasuh Pesantren Al Hikam Malang dan Depok itu meminta kepada umat Islam untuk melakukan shalat ghaib buat korban Merapi, Tsunami Mentawai. "Semoga semua korban bencana ini khusnul khotimah, tentu saja termasuk Mbah Maridjan. Amin," pungkas Hasyim.
sumber

Tidak ada komentar:
Posting Komentar